Minggu, 15 November 2009

Laki Laki Tak Mudah Dimengerti


Saya mulai menggeneralisasi kembali...
Laki - laki mungkin emmang tercipta sebagai makhluk yang Egois dan tidak berprinsip.

Bukan hanya pikiranku yang menyetujuinya. Dalam sebulan ini ada 5 cerita tentang keegoisan dan ketidak-konsekuenan laki - laki.

1. Seorang laki-laki berubah sikap pada seorang sahabat yang sudah seperti kakak saya sendiri. laki-laki itu beralasan masalah agama. Tapi ternyata, dengan mudahnya dia "jalan" dengan perempuan lain. Katanya sendiri pada saya, dia suka perempuan dewasa yang mau bekerja. Dan nyatanya, perempuan yang ada disekitar dia saat ini seorang anak SMA yang sangat kekanak-kanakan. TIDAK BERPRINSIP!
2. Seorang laki-laki mengatakan bahwa dia menyayangi pacarnya. Tapi, dia jelas-jelas tidur dengan perempuan lain! Huaaa... Tidak terbayang perasaan pacarnya itu jika tahu hal ini. Belum lagi sikap laki-laki itu yang bukannya bertanggung jawab -atau sekedar meminta maaf dan berterimakasih- setelah perempuan yang ditidurinya memendam sakit sendiri dan tidak menceritakan ini pada kekasih laki-laki tersebut (bahkan perempuan ini awalnya hanya bercerita pada saya).
3.Ada juga cerita dari seorang teman saya. Dia pernah hamil dengan seorang laki-laki. Dia mengakui semua ini kesalahan mereka berdua. Merekapun memutuskan untuk menggugurkan kandungannya. Tentu teman saya ini berharap, walaupun anaknya sudah mati, ayah dari laki-laki ini tidak akan meninggalkannya. Hanya karena satu kesalahan - yang juga pernah dilakukan oleh ayah anaknya -, hubungan mereka berakhir. Ini pendapat pribadi saya, kesalahan yang dilakukan teman perempuan saya itu hany dijadikan satu alasan untuk melepaskan tanggung jawabnya. EGOIS!
4. Ini kisah saya sendiri, selama ini saya berkorban untuk seorang laki-laki. Tapi, saya tidak merasa dia memberikan sedikit saja pengorbanan untuk saya. kalaupun saya salah, seharusnya dia mau memaafkan saya seperti saya selalu memaafkan kesalahanya - walaupun dia tidak pernah meminta maaf pada saya- dan mau mencoba menyayangi saya lagi -tentu karena alasan tertentu-.
5. Seorang adik saya bercerita tentang keaksihnay yang memiliki orang lain dikehidupanya. padahal, laki-laki itu pernah berjanji untuk tidak meninggalkan adik saya.

Ah,,, saya lelah dengan sikap semua laki-laki itu. Semoga mereka semua sadar, bahwa perempuan ada bukan utuk disakiti!!! Ingat laki-laki, ibu kalian jugalah Wanita.

Hidup sebuah Sinetron



Jujur, saya sangat lelah dengan persembunyian saya. Saya memang ada dalam kehidupan ini, semua orang dapat melihat saya, semua orang dapat berbicara dengan saya, saya sama seperti semua orang. Tapi sesungguhnya saya kini sedang bersembunyi dibalik drama yang begitu besar.

Saya merasa penuh dengan kebohongan dan tipuan.Saya selalu tersenyum, ketika sebenarnya saya sedang sangat terluka. Saya tetap beraktifitas, ketika sebenarnya saya ingin beristirahat. Saya memang bermuka dua. Tetap berlaku baik, walaupun saya tidak suka. Memuji sesuatu yang tidak ingin saya puji. Dan saya katakan tidak untuk hal yang sesungguhnya saya inginkan.

Parahnya lagi, saya masih saja menyembunyikan hal yang mebuat saya terus terluka jika ini terus saya pendam. Karena itu, saya mulai memutuskan, untuk menghentikan drama ini. Saya ingin menjadi saya yang dulu. Saya yang belum mengenal cinta. Saya yang belum mengenal politik kehidupan, saya yang bebas dari semua beban. Tapi itu semua hanya sebatas keinginan. Saya sangat setuju pendapat yang mengatakan, hari pertama kita lahir adalah hari terakhir kita merasakan kebebasan. Dan saya ingin terlahir kembali, dan melepas tali - tali yang kini mengekang kebebasan saya.

Ya, initnya, saya ingin menjadi saya. Saya ingin menghentikan sandiwara yang berkepanjangan ini. Mampukah saya? Saya sudah mencobanya perlahan. Dengan mulai menerima kekurangan saya, dengan mulai menerima kegagalan saya, dengan mulai menerima kesalahan saya, tentu dengan menerima semua akibat dari semua kesalahan, kegagalan, dan kekurangan saya.

Saat ini saya sudah bisa belajar untuk menerima itu semua, dan kemudian saya harus mulai membuka diri pada setiap orang. Mengakui semua kekurangan, kesalahan, dan kegagalan saya serta akibat - akibatnya. Namun, ada satu hal yang tak mungkin dapat saya terima dalam hidup ini. Saya begitu kehilangannya, saya begitu menyesalinya, hingga matipun, mungkin tak dapat saya lupakan. Mungkin ini akan menjadi satu - satunya tali pengekang dalam hidup saya yang tak dapat saya lepaskan.

Saya harap saya mampu untuk bebas atau saya mampu untuk terus berperan dalam drama ini...


Senin, 26 Oktober 2009

Percaya Diri???

Beberapa hari lalu, tepatnya hari rabu 21 Oktober 2009, saya tidak dapat mengikuti TTS karena saya sakit. karenanya, hari ini, 26 oktober 2009, saya meminta TTS susulan kepada mbak Ayu, dosen Pengantar Ilmu Komunikasi. Dan beliau memberikan tugas pengganti TTS untuk saya. Beliau meminta saya melakukan observasi mengenai konteks - konteks komunikasi. Jujur, saya masih belum punya gambaran mengenai itu. Tapi, tiba-tiba kata "demam panggung" muncul di otak saya. Dan sayapun mulai menelusuri all about demam panggung. Belum banyak yang saya temukan. Tapi setidaknya ini murni dari pemikiran saya, tanpa sumber terpercaya dan tanpa pengetahuan yang akurat. HANYA OPINI SAYA!

Menurut saya, demam panggung tak lebih dari ketakutan. Ketakutan akan apa yang mungkin tidak akan terjadi jika kita tidak pernah memikirkan ketakutan itu. Maksud saya adalah, ketika kita memikirkan sesuatu, maka apa yang kita pikirkan adalah apa yang akan kita lakukan. Setidaknya berpengaruh terhadap apa yang akan kita kerjakan. Jadi, ketika kita takut tidak bisa melakukan apa yang harus kita lakukan didepan orang banyak, maka kita benar-benar tidak bisa melakukannya. Atau mungkin jika kita beruntung, kita hanya tidak mampu melakukannya dengan maksimal. Bagaimana mengatasinya? Cukup dengan Percaya Diri!

Percaya, bahwa kita mampu dan kita bisa, maka semua akan berjalan dengan lancar. Masalahnya, bagaimana kita bisa percaya pada diri sendiri kalau sebenarnya kita sering membohongi diri sendiri? Ini yang saya alami saat ini. Banyak yang berpendapat saya ini sangat percaya diri. Dan saya akui itu, saya hampir tidak pernah mengalami demam panggung ataupun grogi ketika berhadapan banyak orang atau berada di publik sekalipun. Bahkan kadang, saya merasa TERLALU percaya diri. Padahal, pada kenyataanya saya sangat sering membohongi diri saya sendiri. Seperti misalnya ketika saya mengharapkan seseorang kembali dalam hidup saya, tapi saya selalu katakan pada diri saya sendiri, bahwa saya tidak lagi menyayanginya. Apa itu tidak membohongi diri sendiri???? Tapi kenapa sampai sekarang saya masih peraya kepada diri saya sendiri? Sedangkan ketika saya dibohongi orang lain, saya tidak lagi percaya kepada PEMBOHONG tersebut. Ini yang sampai sekarang saya tidak mengerti. Bagaimana bisa dengan mudahnya saya memaafkan diri sendiri yang tidak pernah meminta maaf kepada diri saya sendiri sehingga saya selalu mempercayai diri saya, sedangkan sangat sulit memaafkan orang lain yang terus menerus meminta maaf kepada saya padahal belum tentu dia salah telah berbohong kepada saya dan tidak lagi percaya padanya?

-kumz-

Senin, 19 Oktober 2009

Garuda Pakai Batik?

Tanggal 4 hingga 8 Oktober lalu, saya mencoba mengikuti Pemilihan Duta Wisata Salatiga. Sebenarnya saya sadar, tinggi saya hanya 156 cm padahal tinggi minimal yang tertera pada brosur adalah 160 cm. Dengan penuh rasa percaya diri (yang terlalu tinggi) serta rasa optimis (yang keterlaluan juga tingginya) saya mengikuti semua rangkaian kegiatan. Mulai dari kunjungan wisata, pembekalan, tes IQ, tes tertulis, tes wawancara, gladi, talent show, sampai pada malam final. Sejak awal saya mengikuti pemilihan duta wisata ini, saya sudah merasa diikuti malaikat kesialan. Saat kunjungan wisata ke Pondok Remaja Salib Putih, sepatu kets putih yang saya kenakan minta makan (alas sepatu lepas), sehingga Ibu saya harus bersusah payah mengantarkan sepatu baru ke Atlantic Dreamland Salatiga. Kesialan kedua dihari yang sama, saat perjalanan kembali dari kunjungan wisata menuju ke Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan, Dan Pariwisata Kota Salatiga, saya merasa sangat pusing. Entah bagaimana ceritanya, sesampainya dirumah ,saya baru sadar tas ransel kesayangan saya tertinggal di kantor dinas, dan salah seorang panitia mengantarkanya pulang. 

Di hari kedua, tepat saat test IQ, kondisi kesihatan saya sangat tidak mendukung. Pusing, mual, perut sakit. Bahkan sampai saat malam grand finalpun saya masih sakit dan semakin parah. Malam grand final tiba, kondisi kesehatan saya semakin parah. Tapi, saya tetap menguatkan diri untuk mengikuti acara ini sampai selesai. Dengan kebaya kuthu baru, jarik model solo, sanggul ayu, make up tebal, ditambah sandal dengan hak setinggi 12cm, saya melenggak lenggok diatas panggung dengan penuh percaya diri. 

Sesi tanya jawabpun tiba. Saya mendapatkan pertanyaan yang sebenarnya mudah saja untuk dijawab, “Apa dampak positif yang dapat diambil dari pengakuan batik sebagai warisan budaya Indonesia?”, dan saya INGIN menjawab, “Dampak positif dari diakuinya batik sebagai warisan budaya Indonesia salah satunya adalah, batik bisa menjadi lambang perjuangan kebudayaan Indonesia, dan ini suatu tantangan untuk kita bisa mempertahankan kebudayaan kita yang lain, selain itu kita wajib mengucapkan terimakasih kepada Malaysia yang telah mengingatkan kita bahwa sangat penting menjaga dan mempertahankan apa yang kita ciptakan dan kita miliki.”, Tapi, memang dasar Kumas tulalit, saya salah ucap, LAMBANG KEBUDAYAAN menjadi LAMBANG NEGARA. Sehingga, untuk menutupi kesalahan, apa yang saya pikirkan sama sekali tidak muncul dalam ucapan saya. 

“Dampak positif dari diakuinya batik menjadi warisan budaya bangsa Indonesia adalah batik bisa menjadi lambang negara kita selain burung Garuda Pancasila. Karena, ternyata kita lebih mengenal dan mengaggumi batik daripada burung Garuda Pancasila.” Dan ini menjadi sindiran halus bagi kita semua, berapa banyak batik yang kita punya di lemari? Adakah satu saja hiasan burung Garuda Pancasila di rumah kita? Bahkan mungkin, sebagian besar dari kita lupa apa makna burung Garuda Pancasila, berapa banyak bulu burung Garuda di leher, sayap, dan badan? Atau bahkan mungkin saja banyak yang lupa bahwa lambang negara kita adalah burung Garuda Pancasila. Ini memunculkan sedikit ide tolol dalam otak saya (seorang mahasiswi yang nggak tau apa-apa dan nggak punya rasa nasionalisme), daripada terjaring UU Pornografi, bagaimana kalau burung Garuda Pancasila yang telanjang (hanya tutupan panji yang sudah rapuh dan ‘nggondol’ pita yang sudah usang dikakinya), kita pakaikan baju batik? Sejak saat itu, saya merasa tidak akan mendapatkan gelar sedikitpun, karena saya memang merasa bersalah telah salah ucap. Tapi, tidak disangka – sangka saya mendapatkan gelar mbak Intelegensia Kota Salatiga 2009. Hahahaha... betapa beruntungnya saya (atau mungkin jurinya merasa tersindir juga ya?)!

-Kumz-

Rabu, 13 Mei 2009

HIDUP = DAGANG

Kehilangan rasanya memang sakit. Tapi aku sadar, bila aku mendapatkan sesuatu, aku harus siap kehilangan sesuatu...
Hidup ini memang penuh perhitungan. Segala sesuatu harus seimbang. Hidup ini bisa dibilang, PERDAGANGAN. Untuk mendapatkan segala hal, kita harus membayar.
Misalnya, bila kita ingin sepatu kita harus membayar. Harga sepatu berbeda-beda, tergantung kualitasnya. Untuk mendapatkan sepatu Reebok asli, pasti kita (mungkin lebih tepatnya rata-rata), harus mengeluarkan uang yang lebih banyak dibandingkan untuk membeli sepatu Reebok aspal. Seperti halnya kehidupan bila kita ingin mendapatkan kebahagiaan, kita pasti harus membayar dengan banyak hal. Semakin besar kebahagiaan yang kita inginkan, semakin besar usaha yang harus kita lakukan. Atau kadang, ketika kita belum sadar akan keinginan kita, dan tentu Tuhan sudah tau apa keinginan yang belum kita ketahui tersebut, Tuhan membantu kita untuk menabung bayaran itu. Dengan kesedihan, kehilangan, atau apapun yang lain.
Hidup memang perdagangan. Barang kredit yang tidak bisa dilunasi, akan diambil kembali. Ya, kalau kita mendapatkan kebahagiaan, (yang kita nggak pernah tau berapa banyak dan dengan apa kita harus membayar kebahagiaan tersebut), dan kita belum merasa membayar kebahagiaan itu, atau mungkin bayaran kita dirasa belum cukup,, kita wajib melunasinya atau kebahagiaan itu akan diambil kembali.
Kalau dulu ada lagu "Takdir memang kejam...",,, ya menurutku sih emang bener. TAKDIR itu KEJAM. Udah kita nggak dikasi tau harus bayar apa dan berapa banyak terhadap kebahagiaan yang kadang nggak kita minta, kebahagiaan itu harus diambil kembali kalau kita nggak mampu bayar. Atau kita harus menyerahkan hal-hal yang sebenernya nggak pingin kita jual dan tukar dengan kebahagiaan itu.
Hmmh,,, ini lho, kenapa aku bisa cepet senyum and ketawa lagi, meskipun aku berturut-turut ketiban rasa sakit ati. Sakit ditinggal sahabatku dari SD keluar kota, Sakit ditinggal geetan balik kampung, sakit lum bisa kuliah dulu gara2 mendadak ibu' oprasi tumor usus, sakit gara2 ditinggal selingkuh ma mantan yang sampai sekarang masih aku sayang, sakit kehilangan barang berharga, sakit gara2 cemburu ma adhek kelas yang udah aku anggep adhekku sendiri, sakit kehilangan sahabat terbaikku yang mau nerima aku apa adanya, sakit harus jauh dari keponakan yang lagi lucu2nya... Sakit banget...
Tapi, aku yakin sedikit demi sedikit, rasa sakit itu bakal ilang dengan datangnya kebahagiaan. Sahabat baru, Pacar baru (apa lagi kalau pacar lama yang balik lagi di kehidupanku), Temen baru, Kerjaan yang aku harapin, keluarga baru (thanks banget pak wiwit and mas&mbak2 di kapilawastu, kalian semua keluarga baruku), ilmu baru, and insyaAllah, Universitas yang aku harepin. Yang bakal bawa Kumas menuju kesuksesan sempurna. Sukses dunia akhirat. Amien...
-Kumas say Thanks to ALLAH-

Minggu, 10 Mei 2009

Bye Ama...

9 Mei kemaren, adalah hari Ulang Tahun sahabat gue yang ke 19. Zu'ama Jannatu Adnin. Tapi, bukan kebahagiaan yang gue rasa'in, melainkan kesedihan. Gue emang sedih, karena Ama nggak sempet nglaksana'in rencana ulang tahun dia yang udah dia rancang ma gue beberapa bulan lalu.
Dia memang masih di dunia, tapi, tanpa nafas and detak jantung. Dia udah nggak ada. Dia udah meninggal 2 bulan lalu.
28 Februari 2009,,, dia pergi ninggalin gue secara mendadak.
Hmmmh,,, IKHLAS kumas! cuma itu kata-kata yang bisa gue ucapin buat nguatin diri gue sekarang. Mau gue nangis dimanapun, mau gue marah2 ma yang nabrak dia sampai bikin dia tidur buat selamanya, atau gue mau protes ma Tuhan sekalipun, dia nggak bakal kembali lagi... Yang ada juga dia bakal susah disana.
Gue akui, masih berat buat nglupa'in smeua kenangan gue ma dia. Tapi, semuanya udah berlalu. Hari-hari gue mungkin masih panjang. Sekarang waktunya gue kembali tegar dan kuat. Tanpa harus nglupa'in masa lalu indah yang pernah gue jalani bareng dia.
Ini jalan terindah buat gue, dia, and semua orang...
GUE KUAT. GUE IKHLAS. GUE HARUS BANGKIT LAGI!!!
HAPPY BIRTHDAY MY BEST FRIEND!!!